Selasa, 26 Februari 2013

MADZAB HANBALI



Madzab
HANBALI
Madzab Hanbali merupakan madzab yang muncul paling akhir yang didirikan oleh Imam Hanbali. Madzab ini berpegang pada hadis Nabi Muhammad SAW dan tradisi para sahabat. Pengamat menganggap madzab Hanbali merupakan kristalisasi paling nyata dari madzab para sahabat karena Hanbali menaruh perhatian besar terhadap fatwa para sahabat. Kemunculan madzab Hanbali merupakan reaksi terhadap sikap yang belebihan dari beberapa aliran Islam, seperti Syiah, Khawarij, Muktazilah, Kadariah, dan Murji’ah. Kaum Muktazilah misalnya menganggap bahwa Alqur’an adalah makhluk ciptaan Tuhan. Berbeda dengan Imam Syafi’i yang melakukan ijtihad dengan memadukan hadis dan rasio, Imam Hanbali justru melawan ijtihad dengan berpegang teguh pada hadis dan fatwa para sahabat.

IMAM HANBALI
Imam Hanbali merupakan salah seorang dari empat imam madzab yang terkenal di dunia Islam. Nama lengkap beliau adalah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal. Setelah menjadi ulama’ besar, beliau lebih dikenal dengan Imam Hanbali. Beliau lahir pada 164 H di Salam, Baghdad dan wafat pada 214 H. Ketika usianya masih relatif muda, beliau sudah hafal Al-Qur’an. Perhatiannya sangat besar pada ilmu pengetahuan. Beliau dengan tekun belajar hadis, bahasa, dan administrasi. Disamping itu beliau juga menaruh perhatian besar pada hadis-hadis Nabi SAW. Begitu beasarnya sehingga beliau pergi melawat ke berbagai kota untuk mendapatkan hadis, antara lain Beliau pernah ke Hedzjaz, Kufah, dan Basra. Atas usahanya itu, akhirnya ia dapat menghimpun ribuan hadis yang dimuat dalam karyanya MusnadAhmad ibn Hanbal.


MENIMBA ILMU
Imam Hanbali banyak menimba ilmu dari sejumlah ulama’ dan para fukaha besar, antara lain Abu Yusuf (seorang hakim dan murid Abu Hanifah) dan Hisyam bin Basyir bin Abi Kasim (w. 183 H, ulama’ hadist di Baghdad). Abu Yusuf mengajarkan pelajaran fikih kepada Imam Hanbali, sedangkan Hisyam bin Basyir bin Kasim mengajarkan hadist. Ketika Imam Hanbali menimba ilmu pada Imam Syafi’i, beliau mengikutinya sampai ke Baghdad. Suatu ketika seseorang menegurnya, “Anda telah sampai ketingkat mujtahid dan pantas menjadi imam. Mengapa masih menuntut ilmu? Apakah Anda akan membawa tinta kekuburan?” Imam Hanbali pun menjawab,”Saya akan menuntut ilmu sampai saya masuk ke liang kubur.”
 

0 komentar:

Posting Komentar